Mengulas tentang berbagai macam sejarah yang ada di dunia, Serta memberikan edukasi tentang sejarah dari berbagai macam belahan bumi guna memperkaya pengetahuan pembaca.

SEJARAH TERBENTUKNYA PEMUDA PANCA MARGA

 



PEMUDA PANCA MARGA

 

Sejarah berdirinya pemuda panca marga di latar belakangi oleh para putra-putri veteran republik Indonesia, mereka ingin tetap menyatukan keluarga pejuang yang selama perang kemerdekaan telah banyak berkorban untuk Negara, awal mula berdiri yaitu pada 21 oktober 1966 di Sumatra utara, dengan nama Kesatuan anak-anak veteran RI (KAVRI), kemudian seiring berjalannya waktu di daerah lain tepatnya di bali juga didirikan persatuan pemuda panca marga (P3M) pada 27 april 1971, kemudian di Jakarta juga didirikan Ikatan putra-putri veteran RI (IPVRI) pada tahun 1978.

Pada awal berdiri nya organisasi ini terdiri dari beberapa nama yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang yang lain tidak berdiri dalam satu waktu yang sama, lalu pada kongres veteran yang ke IV hal ini mulai dibahas lebih matang lagi tujuan utamanya adalah untuk menyatukan putra-putri veteran bangsa Indonesia, dalam pembahasan tersebut telah menghasikan keputusan penting yaitu :

1 . Menyatakan PPM sebagai anak organisasi LVRI  yang di kuatkan oleh KEPRES RI No 245 tahun 1980.

2 . Di dalam kepengurusan pimpinan pusat LVRI telah terdapat pejabat khusus pengurus PPM yaitu pembantu umum bidang pembinaan generasi muda PP.LVRI.

 sebelumnya pada tahun 1979 LVRI bidang pembinaan generasi muda mengadakan rapat kerja di Jakarta yang membahas tentang pembentukan pimpinan pusat PPM LVRI, yang di hadiri LVRI se-indonesia bidang “pembinaan generasi muda”, dalam pimpinan kepengurusan LVRI pusat terdapat pejabat khusus yang mengurusi tentang PPM yaitu pembantu umum bidang pembinaan generasi muda PP.LVRI.

Kemudian setelah mendapatkan legalitas berdasarkan KEPRES RI No 245 tahun 1980, PPM se-indonesia mengadakan rapat kerja paripurna 20 januari tahun 1981 pada  yang di hadiri PPM dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya :

1 . DKI JAYA

2 . JOGJAKARTA

3 . JAWA BARAT

4 . JAWA TENGAH

5 . JAWA TIMUR

6 . SUMATRA UTARA

7 . SUMATRA SELATAN

8 . LAMPUNG

9 . KALIMANTAN SELATAN

10 . BALI

11 . SULAWESI SELATAN

Kemudian berlanjut pada 27 januari 1981, melalui rapat kerja paripurna nasional di putuskan satu pimpinan pusat sementara yang berhasil melahirkan seperangkat keputusan tentang organisasi PPM, kemudian PPM di peringarti setiap tanggal 22 januari yang bertepatan dengan terbentuknya dewan pimpinan harian PPM LVRI dari eselon pusat pada tanggal 22 januari 1981.

Sejak saat itu organisasi terus menyempurnakan diri, kemudian PPM LVRI pusat melakukan konsolidasi organisasi guna menyempurnakan keputusan dari hasil rapat kerja paripurna nasional, dari situ maka di putuskan untuk diadakan rapat lanjutan pada 16-17 desember 1981 yang dilaksanakn oleh pimpinan pusat sementara PPM, kemudian baru pada tahun 1983 diadakan musyawarah kerja nasional (MUKERNAS) ke 1 PPM LVRI yang berlangsung pada tanggal 7-10 november di pandaan, jawa timur, dan sejak saat itu terbentuk DPHP PPM hasil munas.

Kongres V LVRI tahun 1983 (kepres no. 61 tahun 1984) ada peningkatan dalam kepengurusan PPM LVRI yang telah ada ketua pengikatan itu. Berdasarkan artikel di atas yang kami himpun dari berbagai sumber dan saksi sejarah maka PPM adalah anak organisasi dari LVRI dan menjadi satu-satunya organisasi yang disahkan oleh KEPRES RI, dari situ maka dapat kita simpukan bahwa dalam segala kegiatannya PPM selalu dalam pengawasan dan pembinaan LVRI baik dalam tingkat nasional maupun tingkat ranting sekalipun, mencangkup seluruh kegiatan dari mulai pelatihan sampai pergantian pengurus organisasi yang harus mendapatkan ijin resmi dari ketua LVRI di tingkatan dimana wilayah tingkat kepengurusan mereka berada.

Jadi dari artikel ini kita bisa mengetahui bahwa organisasi PPM (Pemuda Panca Marga) adalah sebuah anak organisasi dari LVRI (Legion Veteran Republik Indonesia) yang di sahkan secara resmi melalui KEPRES, dan semoga dengan adanya organisasi ini para putra-putri pejuang dapat berkontribusi serta berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita para pahlawan kemerdekaan yang telah gugur mendahului kita.

Dalam kesempatan hari ulang tahun pemuda panca marga (PPM) yang ke-40 kebetulan admin dapat kesempatan untuk mengikuti peringatan HUT tersebut di daerah admin dan tentunya juga dapat kesempatan bercengkerama dan foto bareng dengan para veteran pejuang kemerdekaan, mungkin setelah ini semoga admin dapat kesempatan lagi untuk sharing tentang perjalanan perjuangan beliau-beliau.

Berikut admin lampirkan beberapa foto – fotonya :




“GEDUNG JUANG 45” Yang Menjadi Markas LVRI Temanggung


Bapak Kuwat, Ketua LVRI (Legion Veteran Republik Indonesia) Temanggung


M.Arif.Sos Ketua PPM Temanggung


Bapak Bambang Setyadi, Ketua Dewan Paripurna PPM Temanggung

 

Acara Peringatan HUT PPM ke-40


Sesi Pembacaan Doa Peringatan HUT PPM Ke-40


Penyerahan Tumpeng Dari Pengurus PPM Dan Ketua LVRI kepada Generasi Termuda PPM

Sebagai Simbol "Generasi Penerus''


Foto Bersama Anggota PPM Dan LVRI temanggung Di Gedung Juang


Foto Bersama Anggota Dan Pengurus PPM

 

 


Baksos Oleh PPM Temanggung Dalam Rangka HUT PPM Ke-40

Share:

JEMBATAN KALI PROGO KRANGGAN

 


Jembatan Kali Progo Kranggan, Kabupaten Temanggung

Jembatan kranggan adalah sebuah jembatan yang terletak di kecamatan kranggan yang membentang diatas sungai progo kranggan, jembatan ini merupakan jalur penghubung antara kecamatan kranggan dan kota temanggung, jembatan ini dibangun pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, namun seiring berjalannya waktu pemerintah kemudian membangun jembatan yang baru di sebelahnya tanpa membongkar jembatan yang lama, selama berpuluh-puluh tahun jembatan peninggaan belanda itu tidak di fungsikan alasannya karena tempat itu menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan, khususnya ditemanggung.

Namun pada saat ini saksi bisu yang kental akan sejarah itu tidak bisa kita lihat kembali karena telah termakan usia, tepatnya pada rabu, 21 februari 2018 jembatan ini roboh karena lapuk termakan usia, dan sebagai penggantinya pemerintah kabupaten temanggung telah membuat jembatan baru dengan kontruksi yang modern, perlu diketahui bersama bahwa jembatan kali progo ini selain menjadi akses transportasi ternyata mempunyai sejarah yang panjang dan kelam di mata masyarakat khusunya warga masyarakat temanggung pada masa perang kemerdekaan.


Jembatan peninggalan belanda di kranggan yang roboh karena termakan usia

 Jembatan ini memiliki banyak kisah dan misteri, tempat ini pernah dijadikan sebagai tempat eksekusi dan pembantaian massal para pejuang kemerdekaan serta warga sipil oleh tentara belanda pada kurun waktu Desember 1948 - Agustus 1949, tak terhitung lagi jumlah korban dari pembantaian yang dilakukan tentara belanda ini, pembantaian yang dilakukan oleh tentara KNIL ini terbilang sangat “keji” (terlihat dari relief yang ada di makam bambang soegeng), dan tidak sesuai dengan konvensi jenewa yang telah mengatur tentang hukum tawanan perang, ini merupakan kejahatan perang yang  pernah dilakukan oleh tentara penjajah belanda terhadap para pejuang dan rakyat Indonesia.

Memang tidak ada data yang pasti yang mencatat tentang jumlah korban pembantaian ini, akan tetapi menurut penuturan saksi hidup dan berbagai buku sejarah yang menuliskan tentang kisah jembatan ini diperkirakan korban mencapai ribuan orang jumlah tersebut termasuk para pejuang dan rakyat sipil, belanda menangkap setiap orang yang dianggap pejuang serta rakyat yang dianggap membahayakan serta mempunyai hubungan kepentingan dengan para pejuang, tentunya kepentingan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pembantaian yang di lakukan oleh pihak belanda ini adalah akibat dari surat perintah penyerbuan yang di tandatangani oleh komandan Divisi III yaitu Kolonel Bambang Soegeng yang merupakan Gubernur Militer/Panglima Militer III sekaligus inisiator serangan umum 1 maret 1949, hal ini dapat kita ketahui dari surat rahasia bernomor 4/S/Coop.I tertanggal 1 januari 1949, isi dari pada surat rahasia itu adalah memerintahkan Letkol Bahroen, Letkol Sarbini, dan Letkol Soeharto untuk melakukan perlawanan secara serentak dan sehebat-hebatnya pada belanda agar dunia luar tahu Negara indonesai masih ada.

Jembatan Kali Progo Kranggan Yang Menjadi Tempat Pembantaian Massal

Cara tentara belanda mendapatkan korbannya juga sangat kejam, mereka mendatangi kampung, pasar dan masuk ke rumah-rumah warga yang dianggap sebagai pejuang dan mereka yang dianggap sebagai kaki tangan para pejuang, kemudian para tentara belanda membawa mereka secara paksa untuk kemudian di penjarakan di gedung IVG (Inlichtingen Veiligheids Groep / Badan penyelidik pemerintah militer beelanda), yang terletak di jalan setia budi temanggung, di tempat tersebut juga terdapat tahanan dari pasukan siliwangi dan ALRI, para tawanan yang tertangkap kemudian di interogasi dan disiksa secara biadab dan tidak berperi kemanusiaan, setiap malam hari terdengar suara teriakan-teriakan dari para tahanan, dalam proses interogasi KNIL di bantu oleh “Po Ang Tjui” semacam pasukan keamanan (hansip) yang berasal dari orang-orang keturunan cina, ada juga dari tahanan yang langsung di eksekusi karena banyak dari tahanan yang tidak kembali ke sel tahanan, mereka di bawa ke arah timur dari kota temanggung yaitu ke jembatan kali progo, rata-rata dari para korban tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan kepada pihak belanda, oleh sebab itu jika mereka tidak bisa memberikan informasi tentang pergegerakan perjuangan maka selanjutnya mereka akan di eksekusi di jembatan ini, ada kemungkinan juga belanda sengaja membantai para pejuang agar kekuatan yang sudah di susun oleh kolonel bambang soegeng untuk menyerang markas besar belanda yang ada di Yogyakarta semakin berkurang.

Gedung IVG (Inlichtingen Veiligheids Groep) Di Jl SetiaBudi Yang Menjadi Tempat Para Pejuang Di Penjara Sebelum Di Eksekusi

Tempat Bekas Gedung IVG (Inlichtingen Veiligheids Groep) Berdiri, Di Jalan Setia Budi Temanggung, Namun Sayangnya Gedung Tersebut Sudah Rata dengan Tanah

Di lokasi pembantaian yaitu jembatan kali progo hampir setiap hari di jaga oleh pasukan KNIL dari kesatuan V Brigade (Vossen Brigade – Anjing NICA) yang di pimpin oleh lettu Van Der Zee, menurut kesaksian dari korban yang selamat yaitu bernama moh sholeh jumlah korban mencapai ribuan karena dirinya menandatangani pengakuan di IVG pada urutan yang ke 1.390, dan pada saat itupun para tentara KNIL masih melakukan penangkapan lagi, dalam operasinya Van Der Zee di bantu oleh “Go Ing Liem” warga keturunan tinghoa yang memberi informasi dan menujukan siapa saja pejuang dan warga biasa yang harus ditangkap, gedung yang menjadi tempat para korban tidak bersalah ini juga merupakan markas Brigade Anjing merah yang terkenal dengan keganasannya yang luar biasa, dari sumber lain juga menyebutkan bahwa tempat ini menjadi markas dari Brigade Gajah Putih dan Anjing Hitam.

Menurut keterangan dari saksi sejarah yang waktu itu pernah melihat kejadian pembunuhan di jembatan ini, yaitu bapak parto dimejo, beliau menuturkan bahwa setiap hendak berangkat ke sekolah dirinya selalu melihat ceceran darah di sepanjang jembatan kali progo, dan itu hampir setiap hari beliau lihat, dirinya juga pernah melihat langsung eksekusi, pada waktu itu beliau sedang “angon bebek” (mengikuti itik mencari makan) miliknya dan melihat sekumpulan tentara yang sedang melakukan penyiksaan terhadap seorang pria yang matanya di tutup kain hitam, karena takut beliau pun kemudian lari meninggalkan ternak bebek miliknya, tapi belum jauh dirinya berlari ia mendengar suara tembakan dan beliau juga tidak tau lagi nasib dari korban penyiksaan itu.

Tugu Monumen Di Sebelah Kali Progo Kranggan

Saksi lainnya yaitu adalah bapak bambang purnomo, beliau merupakan adik kandung dari bapak bambang soegeng komandan Divisi III, beliau menuturkan bahwa belanda secara membabi buta telah menangkap orang-orang yang bahkan belum tentu bersalah, sejak belanda melakukan agresi militer ke –II pada desember 1948, pada masa itu hampir setiap hari eksekusi dilakukan di jembatan kali progo tersebut, para pejuang tersebut di eksekusi dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan di pancung, di tembak di bagian kepala dengan tangan terikat dan mata tertutup yang kemudian korban di jatuhkan dengan cara di dorong dengan menggunakan kaki dari atas jembatan dengan ketinggian kurang lebih 50 M (ketinggian sungai dari jembatan mungkin berbeda dengan masa sekarang), beliau juga menyebutkan bahwa jumlah korban dari peristiwa biadab ini diperkirakan mencapai 1.600 orang.

Menurut keterangan saksi dari desa plumbon, desa yang berjarak 3,5 Km dari jembatan kali progo, pada masa itu warga hampir setiap pagi melihat mayat mengambang di sungai, kebanyakan dari para korban adalah laki-laki berusia muda, dan tidak hanya tentara tapi ada juga dari warga sipil karena berpakain ala rakyat jelata pada waktu ditemukan, bahkan seorang saksi bernama bapak sudargo salah satu warga desa plumbon pernah melihat tiga sosok mayat dalam satu ikatan tali ijuk yang sudah tidak berkepala hanyut di aliran sungai progo, air dari sungai progo pada masa itu juga kerap berubah warna menjadi warna merah karena sangat banyak nya korban yang di sembelih di atas sungai progo.

Nama-nama korban pembantaian tentara KNIL di jembatan kali progo , yang berhasil terdata :

1 . Sarno Samsiatmodjo, Ngalarangan, Kedu

2 . Suyitno, Kranggan

3 . Singgih, Kranggan

4 . Suprapto, Kranggan

5 . Mohamad Kartono, Kranggan

6  . Mohamad Ibrahim, Kranggan

7 . Patah, Prapag, kranggan

8 . Soengkono, Kasanan, Kranggan

9 . Ilyas Harjo Sumarto, Sanggrahan

10 . Darto, Gentan

11 . Ranu Didjojo, Gentan

12 . Kertonjoto, Sanggrahan

13 . Dulkijab, Sanggrahan

14 . Bingu, Sanggrahan

15 . Amat Toha, Sanggrahan

16 . Madijono, Kowangan

17 . Suwarto, Sanggrahan

18 . H.Jasin, Prapag kranggan

19 . Kamrin, Dongkelan, Temanggung

20 . Mugowi, Greges

21 . Riduwan, Pendowo

22 . Ayah Patah, Dayakan, Kranggan

23 . Taat, Ambarawa

24 . Ribut, Temanggung

25 . Sumaidin, Parakan

26 . Sastro Basri, Padangan, Temanggung

27 . Abu Endar, Dongkelan Lor

28 . Djoewandi, Rolikuran

29 . Niti Sandung, Dongkelan Kidul

30 . Wan Said, Dongkelan kidul

31 . Naken, Butuh, Temanggung

32 . Setu, Sayangan, Temanggung

33 . Pangat, Kertosari Temanggung

34 . Sadam, Ploso, Temanggung

35 . Kertodomo, Kaloran, Temanggung

36 . Tugi, Kaloran, Temanggung

37 . Palil, Kaloran, Temanggung

38 . Maryono, (Tidak Diketahui Alamatnya)

39 . Kayadi, (Tidak Diketahui Alamatnya)

40 . Wagiman, (Tidak Diketahui Alamat)

*Jumlah Nama korban diatas hanya sebagian kecil dari jumlah korban seluruhnya

 


Jembatan Kali Progo Kranggan Tempo Doeloe

Masih sangat banyak nama dan identitas korban dari peristiwa pembantaian ini yang tidak diketahui, kejadian ini adalah peristiwa yang sangat mengerikan yang benar-benar pernah terjadi di temanggung, mereka yang gugur adalah para abdi bangsa yang tidak berdosa, keinginan sederhana mereka adalah hanya ingin hidup damai bersama di negeri sendiri.

Dari kejadian tersebut tempat ini terus di kenang hingga sekarang, pemerintah kabupaten temanggung selalu memperingati dan mengadakan tabur bunga dari atas jembatan ini setiap 10 November (hari pahlawan) dan 17 Agustus (hari kemerdekaan Indonesia), hal ini dilakukan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan bangsa dan Negara yang kita cintai.

Semoga dari artikel ini kita semua bisa belajar sejarah lebih dalam dan menhargai perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita, serta kita sebagi generasi penerus yang lahir dalam keadaan Negara ini sudah merdeka bisa meneruskan perjuangan-perjuangan mereka, karena kita saat ini hanya tinggal meneruskan cita-cita perjuangan, dan menikmati kemerdekaan bangsa yang telah lama berada dalam masa suram penjajahan.

 

Pesan yang tertulis di tugu monument jembatan kali progo :

Aku ta’ ketjewa…………

Aku rela………….

Mati untuk tjita2

Sutji nan mulja

Indonesia merdeka

Adil, makmur, bahagia

 

Temanggung

22/12-’48 – 10/8-’49

 

 

Sumber : m.jpnn.com, merdeka.com, arcomsoekarno.blogspot.com





Share:

MAYOR JENDERAL (PURN) TNI BAMBANG SOEGENG

 

MAYOR JENDERAL (PURN) TNI BAMBANG SOEGENG

31 OKTOBER 1913 – 22 JUNI 1977

Mayor Jenderal TNI (purn) Bambang Soegeng adalah seorang perwira yang lahir pada 31 oktober 1913 di Tegalrejo, Magelang, Jawa tengah, dari pasangan bapak Slamet dan Ibu Zahro, beliau merupakan putra sulung dari 6 bersaudara, bambang sugeng kecil tumbuh dan di besarkan di magelang bersama kedua orang tuanya, pada awal sekolah ia bersekolah di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) (Sekolah Belanda untuk bumiputera) di tegalrejo, kemudian melanjutkan pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) (Setara dengan sekolah menengah pertama) di purwokerto dan menyelesaikan pendidikan di AMS (Algemeene Middelbare School) (Setara dengan sekolah menengah atas) bagian A di Yogyakarta, bambang soegeng merupakan pemuda yang beruntung karna bisa bersekolah mengingat pada waktu itu tidak semua anak bisa mengenyam pendidikan sekolah karna Indonesia masih di duduki penjajah, setelah menyelesaikan pendidikan di Yogyakarta beliau melanjutkan pendidikannya di RHS (Rechtshoogeschool te Batavia) (Sekolah Tinggi Hukum Di Jakarta), namun karena perang dunia II bergejolak beliau tidak sempat menyelesaikan pendidikan dikarenakan sekolahnya di tutup oleh jepang yang mulai berkuasa saat itu di Indonesia.

Bambang soegeng kemudian menikah dengan sukemi seorang gadis yang berasal dari temanggung, jawa tengah pada 1936, dari pernikahan dengan sukemi beliau dikaruniai 3 orang anak (1 putri & 2 putra) namun pernikahan ini tidak berlangsung lama karena istrinya menderita sakit paru-paru dan meninggal dunia pada 1946, Bambang kemudian menikah lagi dengan istiyah yang berasal dari banjarnegara dan di karuniai dua orang anak, diketahui bambang juga pernah bekerja di pemerintahan kabupaten temanggung sebagai juru tulis.


Bambang Soegeng Bersama Istri Kedua Ibu Istiyah

Sebelumnya memang beliau diketahui sebagai pegawai pemerintahan namun kemudian berpindah haluan dan mulai berkarir di dunia militer, awal mula beliau berkarir di militer yaitu pada tahun 1943, pada saat itu ia mengikuti pendidikan perwira PETA (Gyugun Renseitai) di Bogor, kemudian setelah ia lulus jabatan pertama yang ia sandang adalah komandan kompi (Cudanco) dan ditempat tugaskan di magelang, kemudian pada tahun 1944 ia menjadi komandan pleton (Daidanco) di gombong, jabatan itu ia sandang sampai kemerdekaan Indonesia yang proklamirkan pada 17 agustus 1945, kemudian setelah proklamasi kemerdekaan ia diangkat sebagai komandan resimen TKR di wonosobo dengan pangkat Letnan Kolonel, sebelumnya dia membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) di wilayah temanggung dan wonosobo, setelah BKR berkembang lalu namannya di ganti menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), TKR sendiri di bagi ke dalam empat wilayah kerja yaitu batalyon temanggung, batalyon tarakan, batalyon tanjungsari, dan batalyon wonosobo.

Pada saat berkuasa, kekaisaran jepang membangung kekuatan pasukan dan logistik di temanggung untuk melawan sekutu dan pasukan pejuang Indonesia, namun pasukan yang di pimpin oleh bambang soegeng berhasil mengetahui peta kekuatan pasukan musuh karena beliau memang sangat menguasai medan sekitar temanggung dan wonosobo, pasukan yang di pimpinnya berniat melucuti tentara jepang, karena tidak ingin ada jatuh korban akhirnya bambang soegeng memlilih jalur diplomasi dan akhirnya beliau berhasil melucuti 533 tentara jepang pimpinan Mayor Migaki Simatoyo tanpa pertumpahan darah sedikitpun dari kedua belah pihak, bahkan angkatan tua jepang mejulukinya sebagai “Shogun” Yang berarti “sang jenderal perang”.

Para pasukan dari tentara jepang yang berhasil dilucuti kemudian di tawan di beberapa kamp tahanan, mereka di tempatkan dalam tiga tempat, pada saat tentara jepang di tahan di kamp beliau memperlakukan mereka dengan sangat baik, penuh rasa kemanusiaan, dan mereka juga di beri kebebasan di dalam lingkungan kamp, di tambah lagi sikap bambang soegeng yang bersahabat dan penuh rasa persaudaraan serta jauh dari sikap permusuhan, tidak ada tawanan yang di sekap, disiksa ataupun dilukai, beliau melakukan ini semua sesuai dengan “konvensi jenewa” mengenai perlakuan terhadap tawanan perang.

baru setelah (ReRa) Reorganisasi dan Rasionalisasi yang dilakukan di tubuh TNI pada tahun 1948, ia diangkat menjadi Komandan Divisi III yang meliputi Banyumas, Pekalongan, Kedu, dan Yogyakarta.


Bambang Soegeng Tahun 1952

Pada Agresi militer belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948) beliau pernah memimpin pasukan TKR, lalu pada 1949 dirinya adalah salah seorang perwira yang terlibat langsung dalam perencanaan serangan umum 1 maret 1949 di Yogyakarta, dengan memberikan instruksi rahasia tanggal 18 februari 1949 ke komandam wehkreise II letkol M Bachroen dan komandan III letkol soeharto, intruksi tersebut adalah kelanjutan dari perintah siasat nomor 4/S/Cop.I tanggal 1 januari 1949 yang di keluarkan oleh panglima Divisi/III GM III untuk melakukan perlawanan secara serentak kepada belanda, selain itu juga ada surat perintah siasat bernomor 9/PS/19 tanggal 15 maret 1949 ke komanda wehkreise I Letkol Bachroen dan Komandan wehkreise II Letkol Sarbini. Pada masa tahun 1948-1949 beliau adalah penguasa teritorial yang mengendalikan jalannya pertempuran di wilayah divisi III jawa tengah dan Yogyakarta, dan beliau adalah orang yang berinisiasi memberikan perintah dan siasat serta intruksi rahasia untuk melakukan perang propaganda terhadap belanda, kemudian pada 21 september 1944 beliau di tunjuk untuk menjadi wakil panglima besar jenderal sudirman atau wakil 1 kepala staf angkatan perang (KSAP), jabatan ini ia sandang sampai 27 Desember 1949, kemudian pada bulan juni tahun 1950 dirinya diangkat menjadi Panglima Divisi I TT V/Brawijaya.

Beliau juga di tunjuk untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) oleh presiden soekarno setelah pencopotan A.H Nasution Karena dianggap mendalangi peristiwa 17 oktober, pada saat itu perwira di tubuh TNI hampir mengalami perpecahan namun bambang soegeng berhasil menyatukan kembali para perwira di TNI yang bertikai dengan menggunakan jalan musyawarah yang kemudian menghaslikan piagam djogja 1955, isi dari pada piagam tersebut adalah untuk meredam friksi di dalam militer yang pada akhirnya membuat presiden soekarno mengangkat kembali A.H Nasution menjadi KASAD, beliau menjabat sebagai kepala staf angkatan darat dari 22 desember 1952 – 8 mei 1955.

Beliau juga memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau nomor registrasi pusat NRP yang kemudian juga ditiru oleh organisasi sipil atau nomor induk pegawai NIP, kemudian setelah beliau berhasil meredam konflik antar perwira di TNI Angkatan Darat melalui piagam djogja 1955, beliau memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai KASAD pada tanggal 8 Mei 1955.

Keberhasilan dalam berbagai pertempuran dan menyatukan konflik internal di tubuh TNI membuat presiden soekarno kagum dan beliau juga mendapatkan perhatian khusus, untuk itu setelah beliau berhenti dari karir militernya dirinya diangkat oleh presiden soekarno menjadi Duta besar untuk Vatikan 1 Agustus 1956 – januari 1960, Kemudian menjadi Duta besar untuk jepang januari 1960 – 1964, setelah itu beliau juga menjadi duta besar Indonesia di brasil pada 1964 – 4 November 1966, dan beliau meninggal di usianya yang ke-63 tahun di Jakarta pada tanggal 22 juni 1977.

 

Makam Mayjen Bambang Soegeng Yang Terletak Didekat Jembatan Kali Progo

Beliau sempat berpesan sebelum meninggal agar di makamkan di tepi sungai progo dekat jembatan, dimana ribuan pejuang di bantai disana oleh belanda, maksud daripada pesan beliau adalah ingin agar arwahnya bisa menemani ribuan arwah para pejuang yang di bantai secara keji di tempat tersebut. Bambang Soegeng, adalah seorang pahlawan dari temanggung yang terlupakan sosok mendiang mantan kepala staff angakatan darat (KASAD) Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Bambang Soegeng adalah perwira militer yang di segani pada era perang kemerdekaan, saat menjabat sebagai Panglima Divisi III dengan pangkat kolonel beliau memiliki seorang bawahan yaitu Letkol soeharto yang kelak menjadi presiden, namun dari beberapa cacatan sejarah yang berkembang serta di film yang yang menceritakan perlawanan rakyat jogja pada 1 maret 1949, bahkan nama beliau tidak muncul, bahkan sama sekali tidak dibahas, tentunya ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua saat mempelajari sejarah harus berdasarkan sumber yang benar-benar valid serta bukti sejarah yang meyakinkan agar generasi setelah kita tidak salah dalam menafsirkan serta mengerti akan sebuah nilai sejarah yang sebenar-benarnya.

Monumen Mayor Jenderal (Purn) TNI Bambang Soegeng

Monumen yang di bangun untuk mengenang jasa beliau ini terletak di bukit godheg sebelah timur terminal kota temanggung, sebelumnya ada tiga tempat yang menjadi alternatif di bangunnya monument tersebut diantaranya adalah, di sendang pikatan atau pemandian pikatan, sekitar kawedanan lama, dan di bukit/gumuk godheg, pemilihan bukit godheg sendiri karena tempatnya luas, tinggi dan strategis terletak di tepi jalan utama temanggung yang memudahkan wisatawan untuk mengunjunginya, sehingga bisa menjadi salah satu tujuan wisata sejarah, selain monument di kompleks tersebut juga terdapat prasasti yang di buat oleh jepang yang bertuliskan huruf kanji “Wampo Daiwa Daigetzu” yang berarti “Seluruh Dunia Sekeluarga” dapat juga di artikan di seluruh dunia ini sesungguhnya masih bersaudara.

Tampak Dua Prasasti Di Sekitar Komplek Monumen


“Wampo Daiwa Daigetzu”

 

Prasasti Dengan Huruf Kanji

 


Sumber : http://id.m.wikipedia.org, laman.temanggungkab.go.id, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah D.I Yogyakarta, temanggung.dosen.unimus.ac.id, sclm17.blogspot.com

Share:

SITUS LIYANGAN

 

Bangunan Candi Di Situs Liyangan

Situs liyangan adalah sebuah situs dari jaman purbakala yang di temukan di daerah dusun liyangan, desa purbosari, kecamatan ngadirejo, kabupaten temanggung, situs ini awal mula di temukan pada tahun 2008 oleh para penambang pasir di kedalaman sekitar 8meter, yang kemudian di laporkan ke Balai Arkeologi Yogyakarta, pada penemuan awal yang tidak di sengaja ini warga setempat menemukan struktur bangunan pemujaan dari batu yang terdapat tiga lubang diatasnya, serta juga ditemukan talud, arca, yoni, dan juga pecahan gerabah, arang kayu serta biji padi yang hangus terbakar, selain itu juga ditemukan bangunan candi yang hanya tinggal bagian kakinya saja, karena terletak di dusun liyangan kemudian, situs penemuan ini dinamakan sebagai situs liyangan.

Situs yang merupakan peninggalan jaman mataram kuno ini di perkirakan tertimbun matrial lahar letusan gunung sindoro pada ratusan tahun yang lalu, di perkirakan gunung sindoro pernah meletus pada abad ke-11, pada penelitian yang dilakukan balai arkeologi yogyakarta pada 2010-2011 menyimpulkan bahwa situs ini adalah sebuah perkampungan pada jaman mataram kuno dan bukan merupakan komplek percandian, dan situs yang di temukan di lereng sindoro itu merupakan situs terlengkap yang pernah di temukan di Indonesia, situs yang di temukan di sini cukup unik  Karena di temukan bermacam-macam jenis cagar budaya yang berada dalam satu kesatuan, diantaranya adalah situs pemukiman, situs peribadatan, jalan border, dan lahan pertanian.



Pagar Pembatas Antara Lingkungan Candi Dengan Jalan

 

Dalam hasil penelitian yang dilakukan para ahli juga menyimpulkan bahwa masyarakat yang tinggal di lereng sindoro pada masa itu telah mempunyai pengetahuan akan mitigasi bencana, sehingga sebelum bencana itu terjadi mereka sudah mengungsi atau pindah ke daerah lain untuk menyelamatkan diri serta hewan ternaknya, karena pada situs ini tidak di temukan tulang belulang manusia. Dalam situs ini juga terdapat sekat bangunan pagar yang memisahkan lingkungan candi dengan jalan yang terbuat dari tatanan batu yang sampai saat ini bentuk nya masih utuh, dan di sebelah jalan tersebut juga terdapat diding batu yang terbuat dari tatanan batu namun terlihat bantuan tersebut berbeda dan di susun menumpuk, dan di bawahnya juga terdapat talud, kemungkinan bangunan itu pernah rusak dan kemudian di perbaiki kembali.

 


Ekskavasi Tahap Awal Pada Situs Liyangan, Tampak Struktur Candi Pemujaan Dan Dinding Dari Batu Yang Disusun

Dari hasil penellitian yang dikumpulkan oleh para ahli di simpulkan bahwa situs ini merupakan peradaban manusia yang lengkap serta memiliki pengetahuan yang tinggi tebukti pada situs ini tidak hanya terdapat candi namun juga terdapat talut, bekas rumah kayu dan rumah bambu yang atapnya terbuat dari ijuk, selain itu juga struktur bangunan batu, lampu dari tanah liat dan tembikar dari berbagai bentuk, dan keramik yang berasal dari jaman dinasti “tang” serta situs ini memiliki karakter yang cukup kompleks, yaitu yang mengindikasikan bahwa situs tersebut adalah situs pemukiman atau sebuah desa di masanya, selain itu juga terdapat situs ritual dan situs pertanian, dari hasil penggalian dan pengembangan penelitian situs ini memang sangat luas bahkan diperkirakan luas situs ini sampai ke pemukiman penduduk saat ini.


Struktur Bangunan Candi Yang Hanya Menyisakan Bagian Kaki/Lantai Candi


Temuan terbaru yang berhasil di temukan yaitu situs petirtaan yang di temukan di bagian bawah pada lingkungan situs liyangan, hal ini tentu menambah lengkap tentang bangunan apa saja yang pernah di bangun di masa lalu di lingkungan situs liyangan ini, pada bangunan petirtaan ini terlihat arsitektur yang sangat menawan dan inilah bukti bahwa peradaban masa lalu sudah mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi akan seni dan bangunan, di tahun 2021 ini BPCB berupaya melakukan restorasi bangunan petirtaan ini selain itu BPCB juga akan melakukan retorasi talud sepanjang 120 meter, hal ini merupakan kegiatan lanjutan yang pada 2020 lalu dimana BPCB telah selesai melakukan restorasi talud di tepi jalan border, eskavasi halaman 3 dan halaman 4 serta studi teknis petirtaan, selain itu BPCB juga berupaya melakukan pembebasan lahan yang tertunda akibat pandemic covid-19, karena indikasi temuan cagar budaya ini cukup luas yang di perkirakan 15 hektare maka para ahli dan pemerintah terkait terus berupaya melakukan pengembangan.



Petirtaan Di Situs Liyangan



Bangunan Candi Yang Terletak Tepat Di Atas Situs Petirtaan Liyangan

(Sedang Dalam proses Rekontruksi Ulang)




Situs Liyangan Tampak Dari Kamera Udara

 

 

 

Sumber : Merdeka.com, kompasiana.com, jateng.antaranews.com

Share:

PERTEMPURAN TENTARA PELAJAR DI KANDANGAN

 

Tugu Monumen Tentara Pelajar Yang Terletak Dipertigaan Kandangan Kabupaten Temanggung


Pada masa kemerdekaan perang di berbagai daerah di Indonesia sangat lazim terjadi, dan tidak hanya pasukan tentara pemerintah saja yang ikut berperang melawan penjajah, melainkan segenap rakyat Indonesia juga turut serta dalam berbagai aksi pertempuran meskipun dengan pengetahuan akan perang yang sangat minim, namun mereka punya keberanian yang sangat luar biasa untuk memperjuangkan kebebasan bangsa ini dari pemerintahan kolonial hindia-belanda, tak terkecuali perang yang terjadi di daerah temanggung, dalam catatan sejarah dan penuturan dari pelaku sejarah pernah terjadi petempuran yang dilakukan oleh tentara pelajar di daerah sekitar kecamatan kandangan.

Pada waktu terjadi pencegatan patroli pasukan belanda yang mengakibatkan terjadinya pertempuran, dituliskan dalam sejarah yang memuat tentang perjuangan tentara pelajar pada saat patroli belanda dari kedu yang melalui desa koripan kemudian menyebarang melalui sungai dusun citran menuju ke arah kandangan melewati baledu, diwek, kemudian balun sekitar pukul 06.30 dengan kekuatan satu seksi sekitar 60 orang.

Pada waktu itu senin wage malam, pasukan TP pimpinan goenawan yang berjumlah satu pleton dan anak buah kompi hawik soejono telah menempati pos di desa citran tepatnya di sebelah timur pertigaan sungai progo (pertemuan percabangan anak sungai) dan galeh di dekat penyeberangan, dengan strategi yang matang dan informasi yang akurat sejumlah anak-anak TP menempati posisi strategis di sekitar dekat sungai untuk menunggu patroli belanda, tempat yang mereka duduki untuk melakukan penyerangan yaitu diatas gumuk yang di tempati sejumlah anggota (goenawan, soehadi tutuk, soeparno, pramono, dll), sedangkan dibawah gumuk di sawah yang menghadap jalan ke arah kandanagn di sepanjang tepi jalan ditempati oleh anggota (raharjo, kadar, mardi, dll). Diatas bukit sdr. Koep anak buah hawig soejono sudah standbay dengan senjata water mantel, sedangkan komando serangan dipegang oleh goenawan denga senjata GRI-nya.

 

Tugu monument tetara pelajar dari bagian belakang sebelah kiri

 

Setelah saat yang ditunggu-tunggu tiba dengan kemamapuan bertempur yang mereka miliki mereka tidak langsung menyerang melainkan mereka menunggu musuh menyeberang hingga sampai di tepi sungai (dusun citran) setelah musuh masuk di jangakaun tembak dan dalam posisi lengah karena memang waktu itu sejumlah pasukan belanda yang telah selesai menyeberang sedang beristirahat dan sambil memakan roti, goenawan yang memegang komando serangan mengawali serangan dengan menembakkan senjatannya tiga kali berturut-turut dan berhasil mengenai sejumlah tentara belanda, hingga pada tembakan yang kesepuluh tembakannya macet. Setelah itu disusul tembakan dari kawan –kawan yang sudah menempati posisi yang strategis dan terjadi lah pertempuran sengit di kedua belah pihak dengan kekuatan yang seimbang.

Senjata watermantel yang di pegang oleh koep secara bertubi-tubi terus menghujani pasukan belanda hingga ia menjadi target incaran yang mengakibatkan kakinya terkena pecahan mortar dan akhirnya ia mengundurkan diri ke arah timur, sedangkan soemardi di sebelah sungai citran terkena tembakan di bagian perutnya, sdr.kadar yang sempat lari kurang lebih 50 meter ke sebelah gumuk terkena tembakan dan gugur di tempat, pertempuran kali ini berjalan cukup lama mulai pukul 07.00 hingga pukul 13.00 WIB, saat pasukan belanda meneriakkan aba-aba “voor ruit” goenawan mendengar dengan jelas. Pertempuran yang terjadi kali ini mengahbiskan peluru cukup banyak dan mengakibatkan pasuka tercerai berai, sebagian lari ke timur dan lainnya mundur ke arah barat menyelamatkan diri menuju gesing, untuk mengantisipasi serangan susulan pasukan belanda masih berjaga di sekitar kandangan hingga pukul 17.00 WIB.

Seperti halnya anak-anak pada umumnya pada saat perang terjadi dalam situasi yang menegangkan kejadian yang menggelikan terjadi yang dilakukan oleh salah satu prajurit TP yaitu pramono, pada saat ia dan rekannya soeparno lari untuk menyelamatkan diri ke arah timur pramono yang bertugas membawa tekidanto (jenis senapan pada waktu itu) dengan 4 peluru yang ia simpan di bagian saku kanan dan kirinya, karena ada serangan dari musuh dan beratnya senjata yang  dibawanya, saat ia berlari tiba-tiba celananya melorot dan tidak bisa ia kendalikan sampai-sampai “anu” terlihat dengan jelas seperti pistol ‘gombyok’ dan ia pun terpaksa lari dengan telanjang, pada saat suasana tegang dan menakutkan pramono masih sempat membuat rekan-rekannya tertawa ngakak melihat kelakuannya.

Setelah pertempuran itu terjadi belanda kembali ke markas yang ada di temanggung sekitar pukul 17.30 WIB, sementara dalam pelariannya pasukan TP yang di pimpin oleh goenawan mengadakan konsolidasi di desa gesing, dan jenazah rekan mereka kadar dan soemardi di bawa oleh rakyat ke dusun pete desa kembangsari guna diinapkan di rumah bapak kaum, malam itu anak-anak TP menginap di dusun pete dan tetap siaga sampai keesokan paginya, dan pada saat pagi hari ketika mereka masih di selimuti duka karena meninggalnya dua orang rekan mereka, mereka mendapatkan kabar bahwa tentara KNIL menuju kandangan denga kekuatan 100 orang.

Tempat persembunyian anak-anak TP di dusun pete telah di ketahui oleh belanda dan pada saat pagi itu juga para pejuang dari TP mengadakan steeling di sekitar dusun pete, Saat pasukan belanda masuk desa kembangsari mereka menghujani dengan tembakan dan setelah sampai di dusun pete mereka kemudian membakar rumah bapak Djojo yang mereka anggap sebagai markas TP karena bentuknya yang besar (kejahatan perang yang sering terjadi di desa-desa pada masa perang kemerdekaan yang dilakukan oleh tentara belanda ketika mencari target).

 

Tugu monument tentara pelajar dari bagian belakang sebelah kanan

 

Sementara jenazah dua rekan mereka sdr.Kadar dan soemardi masih berada di rumah bapak kaum dan dibiarakan begitu saja oleh belanda karena jenazah itu diakui sebagai anaknya sendiri oleh bapak kaum, sebernarnya pada saat itu setelah konsolidasi anak-anak TP telah melaporkan kejadian itu kepada pasukan soekarno tapi tidak ada tanggapan sama sekali, lalu pada sore itu di hari yang sama sebagian dari mereka menuju ke arah timur yaitu menuju desa kemiri dan berkumpul disana serta meminta makan pada rakyat setempat, pada awalnya rakyat disana sempat takut karena mereka mengira bahwa anak-anak TP adalah pasukan belanda namun setelah mendapat penjelasan dari pak bayan/ kepala dusun, mereka pun mengerti dan kemudian memberikan bantuan-bantuan berupa sejumlah makanan  dan anak-anak TP-pun bisa makan dengan puas.

Sementara di dusun pete setelah belanda meninggalkan desa serta rumah pak Djojo yang terbakar, mereka mengadakan upacara pemakaman secara sederhana untuk kedua pahlawan yaitu sdr. Kadar dan soemardi, dan untuk korban di pihak belanda yang di ketahui dari informasi yang di dapat dari RS belanda di temanggung, diketahui bahwa ada 18 orang meninggal dan 5 orang luka berat, setelah kejadian dibakarnya rumah pak Djojo yang telah berjasa besar tersebut, demi untuk mengelabuhi musuh para pasukan dari tentara pelajar selalu berpindah-pindah tempat, diantarannya di dusun sodong, gesing, krengseng, Dll. Mereka berputar-putar di daerah sekitar kecamatan kandangan.


Salah Satu Rumah Yang Pernah Dijadikan Sebagi Markas Tentara Pelajar

Yang Sekarang Telah Beralih Funsi Sebagai “Toko Besi”


 

Bagian Rumah Sebelah Timur Dari Toko Besi Yang Sekarang Difungsikan Sebagai APOTEK


Rumah Yang terletak Di Bagian Timur Dari Toko Besi Yang Juga Pernah Dijadikan sebagai markas tentara pelajar, sekarang rumah itu telah beralih fungsi sebagai pertokoan serta bangunan bagian depan telah di ubah


Tampak Dua Buah Rumah yang pernah dijadikan markas tentara pelajar berdiri tepat di bagian belakang dari tugu monumen tentara pelajar

 

Bekas Markas Tentara Pelajar Yang Terletak Di Desa Malebo Kecamatan kandangan, Yang Kini Hanya Menyisakan Tumpukan Batu Bata Dan Genteng Karena Bangunan Aslinya Sudah Di Bongkar



Tampak Lobang Dari Goa Sigrowong Yang Dulu Pernah Dijadikan Tempat Persembunyian Tentara Pelajar, Ditempat ini Sekarang Menjadi Daerah Wisata alam Yang Terletak Di Tengah Hutan Pinus Jalan Raya Kandangan-Rowo seneng

Share:

BTemplates.com

Cari Judul Blog Disini

Diberdayakan oleh Blogger.
  • ()