Jembatan Jengkeling Temanggung Setelah Dirobohkan Oleh Para Pejuang
KISAH JEMBATAN
‘’JENGKELING’’ TEMANGGUNG
Jembatan jengkeling adalah sebuah jembatan yang menghubungkan
kota temanggung dengan kecamatan kandangan yang terletak di sekitar desa jengkeling
kecamatan kandangan kabupaten temanggung jawa tengah, jembatan ini pernah
secara sengaja diruntuhkan oleh para pejuang demi menghambat patroli tentara
belanda, jembatan ini banyak menyimpan sejarah yang sampai saat ini belum
terungkap, jembatan ini menjadi salah satu titik dimana para pejuang dari
daerah sekitar kandangan pernah melakukan serangan yang sangat mengejutkan
pihak musuh, salah satu serangan yang tercatat dalam sejarah adalah dimana
ketika pejuang yang berasal dari kesatuan tentara pelajar yang bermarkas di
sekitar kandangan melakukan penyerangan terhadap tentara belanda.
Dikisahkan juga dalam buku sejarah perjuangan rakyat
temanggung 1945-1950, bahwa mereka yang terdiri dari remaja sekolah waktu itu
berhasil memukul mundur tentara belanda, setelah Indonesia di proklamasikan
tahun 1945 tidak serta merta pertempuran di berbagai daerah mereda karena pihak
belanda ingin kembali menguasai Indonesia lewat agresi militer yang
dilancarkannya yang membuat jutaan jiwa dari pejuang dan rakyat ikut melayang,
bahkan di kabupaten temanggung masih ada pertempuran yang terjadi setelah tahun
1945, salah satu nya adalah penyerbuan patroli belanda di jembatan jengkeling,
pada suatu hari di bulan maret 1950 pukul 15.00 WIB anak-anak anggota tentara
pelajar (TP) mendengar berita dari mulut ke mulut bahwa tentara pasukan belanda
tengah melakukan patroli, diketaui serdadu belanda tersebut di bawah pimpinan
Van Deer Zee yang diperkirakan berjumlah sekitar dua regu atau 30 orang,
seperti biasa dalam melaksanakan patroli mereka selalu bersenjatakan lengkap,
pasukan tersebut baru saja berpatroli di sekitar kandangan dan akan kembali ke
temanggung lewat maron.
Anak-anak TP segera mengkonfirmasi berita tersebut dan
ternyata benar, dari arah utara terlihat pasukan belanda sedang menuju selatan
dan terlihat debu-debu beterbangan dari kaki para serdadu belanda karena pada
saat itu sedang musim kemarau, pasukan itu berjalan di sisi kanan dan kiri
jalan pengalaman berhadapan dengan anak-anak TP membuat mereka lebih waspada,
pasukan tentara pelajar (TP) yang saat itu dipimpin oleh komandan yang bernama
sutarto berpangkat “KAPTEN” segera membuat siasat untuk melakukan penyerangan,
sutarto pun membagi pasukan yang terdiri dari anak-anak sekolah tersebut di
beberapa titik di sekitar jembatan.
Sutarto mempercayakan gunawan muhadi untuk melakukan
penyergapan, secara cepat gunawan mengatur kawan-kawannya, Sebagian dari mereka
ada yang mengambil posisi di bukit cerukan, sepertiga di posisi bukit
jengkeling dan sepertiga lainnya di persawahan sikrasak, seperti biasa mereka
bermaksud mencegat dan menghajarnya secara mendadak, namun sebelum itu untuk
menghindari jatuhnya korban dari para penduduk, kapten sutarto memerintahkan
anak buahnya untuk mengungsikan warga setempat, kampung jengkeling harus
secepatnya kosong karena diperkirakan akan terjadi pertempuran hebat.
Meskipun pasukan belanda hanya 30 orang namun persenjataan
mereka lebih canggih dan tidaklah sebanding dengan yang digunakan 47 anak-anak
TP, hal ini tentu di sadari oleh sang komandan sehingga pengungsian penduduk
mutlak harus di lakukan, titik pertempuran sudah di tentukan yaitu jembatan
jengkeling yang terputus perhitungan ini cukup logis meski sedikit ngawur dan
nekad. Diperhitungkan dari 30 orang pasukan belanda untuk mencapai seberang
selatan dari utara sungai pasukan tersebut harus turun ke dasar sungai yang
cukup terjal saat melakukan perjalanan ini hingga naik di tebing barat dari sungai
tersebut pasti membutuhkan konsentrasi khusus, dan pada saat itulah kelengahan
tentara belanda sangat di nantikan oleh anak-anak TP.
Watermantel adalah sebuah senjata andalan pasukan sutarto
yang di siagakan di atas bukit Cerukan yang moncongnya diarahkan ke tebing
selatan jembatan, setelah menunggu selama setengah jam lebih di lokasi ujung
jembatan yacob marsono tak henti-hentinya mengusap keringat dari lengan
bajunya, sedangkan sukandar masih sempat menghisap kereteknya sementara wuhyono
yang berada di persawahan jari telunjuk tangan kanannya tidak pernah mau lepas
dari picu senapan tua andalannya, dan gunawan muhadi matannya memandang lurus
ke arah utara, dimana pasukan belanda diperkirakan akan datang.
Senjata Watermantel
Kereta api yang pernah digunakan mengangkut pasukan TP ke front pingit, tahun 1947
Dari kejauhan tampak sudah , tentara berjalan beriringan,
Itulah pasukan musuh yang di tunggu-tunggu, anak-anak TP mulai berdoa dengan
cara mereka masing-masing kegiatan ini merupakan seperti kewajiban manakala
mereka akan berhadapan dengan musuh dalam sebuah pertempuran konvensional,
menurut sutarto kehebatan teknik perang yang di sertai doa tulus akan lebih
dasyat dibandingkan dengan senjata yang terampuh sekalipun, dan anak-anak TP
sangat percaya hal itu, tak ada satupun yang tidak berdoa saat itu hubungan
mereka dengan tuhan sangat dekat sekali.
Detak jantung anak-anak TP mulai berdenyut kencang ketika
pasuka belanda datang dan mulai menuruni tebing sungai sebelah utara, dari
sikap mereka dapat di ketahui bahwa mereka tidak menyangka maut tengah
mengancamnya, ada dari pasukan itu yang turun ke sungai sambil terus menghisap
cerutu cokelatnya, bahkan dua tiga lainnya menyempatkan diri buang air kecil di
sungai yang pada saat itu airnya tengah kering, sebagian pasukan sudah
menyentuh tangga di tebing selatan dan bersiap untuk naik sedangkan sebagian
lainnya masih berloncatan di antara bebatuan sungai. Ketika komandan pasukan
belanda tengah menginjakan kakinya di tangga, tiba-tiba dari arah tegalan
jengkeling terdengar bunyi letusan pistol dan itulah isyarat bahwa serangan
harus di mulai.
Hal ini membuat pasukan belanda menjadi bengong setengah mati,
mengapa tiba-tiba beberapa orang diantara kawan-kawan mereka roboh didasar sungai,
mereka baru sadar setelah rentetan watermantel memporakporandakan batu dan
pohon-pohon pisang di sekitarnya, tidak ada kesempatan sama sekali untuk
membalas serangan itu, pasukan belanda sama sekali tidak tahu siapa yang
melakukan serangan tiba-tiba tersebut dan dimana posisi penembaknya, hanya ada
satu cara untuk menyelamatkan diri dari neraka perang itu, yaitu lari. Komandan
dari pasukan tersebut segera memerintahkan anak buahnya untuk lari dan
meninggalkan sungai, mereka berpencar dan lari menghindarkan diri dari serangan
anak-anak TP menuju bukit kendil, di tempat yang cukup strategis itulah pasukan
belanda mulai melancarkan serangan balasan secara membabi buta.
Peluru terus berhamburan dari berbagai senjata otomatis,
mereka menggasak habis setiap rerimbunan pohon tanpa memperhitungkan berapa
peluru yang harus dimuntahkannya, mereka berhenti menembak baru setelah tidak
tampak adanya perlawanan, ternyata pasukan TP sudah lari berpencar ke arah
barat dan timur, anak-anak pelajar ini hilang begitu saja seperti di telan
bumi, sedangkan dari pihak belanda di ketahui jumlah korban sebanyak tujuh
orang, mayat-mayat itu semuanya bergelimpangan di dasar sungai, persis dilokasi
jembatan jengkeling, oleh kawan-kawannya mayat-mayat itu dimasukan ke dalam
karung goni dan kemudian di bawa ke markas belanda yang berada di kota
temanggung.
Sedangkan dari pihak TP tak seorangpun terluka akibat
pencegatan itu, lalu pada malam hari nya mereka kembali ke pos jengkeling untuk
menyantap jagung bakar dan mensyukuri kemenangan, penduduk sekitarpun menyambut
mereka dengan suka cita, peristiwa di jembatan kali progo kampung jengkeling
tersebut sangat melekat di hati pelaku dan masyarakat sekitar dan mereka sangat
mengingat peristiwa tersebut, suatu pertempuran yang pernah terjadi dengan
senjata yang sangat tidak imbang sama sekali, dapat diselesaikan dengan waktu
singkat dan gemilang karena strategi yang hampir sempurna, sejak saat itu nama TP
semakin dikenal dan berkibar, peristiwa jengkeling telah memunculkan cerita
baru yang sering kali lebih dahsyat dari fakta yang ada.
Kabar burung yang berkembang dimasyarakat pun menjadi aneka
macam. “anak-anak TP bisa menghilang atau anak-anak TP seperti setan”, adalah
ungkapan sehari-hari yang muncul di pasar dan di kampung-kampung, peristiwa
jengkeling memunculkan sebutan baru bagi pak soetarto, yaitu “Setan Jengkeling”.
Dari Tempat Inilah
Tentara Pelajar Pernah Mendapatkan Senjata
Daftar nama pasukan ‘’TENTARA PELAJAR” yang bermarkas di
kandangan yang berhasil kami himpun :
Komandan pasukan : KAPTEN SOETARTO
Anggota :
SOETARTO
TAMAT
SOEPARNO
SOETADI OOM TED
PRAMONO
ENDRO MOEDJI
HARJONO DAMPYAK
SOEMRAT
TJIPTO DARSONO
IMAM SADONO
TJIPTARDJO
GOENAWAN
PRATIWANTO
SUROSO JANGKUNG
DOELMADJID
SOEHADI TUTUK
HAWIG SOEJONO
KOEP
SOEKANDAR
SOEMARDI
SOEPARDI
SARIYONO
SAMUDI
RAHADIJONO
MOEHJI
SOEDIARTO
MOELJONO KAYUN
TATANG SOEMARYO
SUTOPO
ANTHON SAROSO
HADHY GINTONG
WINOTO
SAMUDI
KOMAR
*Nama-nama diatas belum termasuk nama seluruh anggota
Sumber : Buku “Kesaksian PROGO Kisah
Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950”
Terimakasih ka, Sangat membantu infonya. 🙏
BalasHapusMerupakan hal pengetahuan baru untuk saya ternyata banyak sekali sejarah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat sekitar. Misal Jengkiling, biasanya orang cukup kenal dengan nama daerah itu, tapi jarang yang tau sejarah apa yang ada di situ.
BalasHapusMantab
Siap, kita sama sama belajar tentang sejarah
BalasHapus